Bagi generasi 90-an, nama “Tommy Kaganangan” sudah tidak asing lagi. Ia beberapa kali menunjukkan aktingnya sebagai pemain sinetron cilik. Lama tidak tampil di layar kaca, Tommy sudah menjelma sebagai sosok seniman yang menggabungkan budaya Banjar dengan kultur pop anak muda. Karya-karya musiknya telah ditonton jutaan kali di platform Youtube.

Tommy diboyong orang tuanya pindah ke Jakarta sejak usianya lima tahun. Mulai saat itu, ia kerap mengikuti casting-casting sinetron. Peran pertama yang ia mainkan juga bernama “Tommy” di sinetron Tersanjung pada tahun 2003.

Lulus SMA, Tommy atas permintaan orang tuanya kembali ke Banjarmasin. Di tanah kelahirannya, Tommy justru terpanggil untuk mengangkat budaya Banjar.  Ia mulai aktif membuat  konten-konten komedi tentang keseharian orang Banjar,  yang ia publikasikan di akun instagram pribadinya.

Kemudian, pada masa Covid-19, ia aktif menulis lagu-lagu berbahasa Banjar yang  mengangkat kisah percintaan anak muda.

“Kalau untuk lagu Jawa kita mengenal Denny Caknan. Saya pikir, kenapa kita tidak menciptakan lagu dengan bahasa kita sendiri yang relate dengan kehidupan anak muda,” ujar Tommy yang terhubung via telpon.

Hingga kini, ia telah merilis sepuluh lagu. Tommy pun kerap diminta tampil menyanyikan lagunya. Permintaan manggung bukan hanya dari wilayah  Kalimantan Selatan, tetapi juga luar Kalsel bahkan luar pulau Kalimantan.

Tommy yang kini kerap muncul sebagai Tim Sukses Mukhyar – Awan Subarkah, mengaku sejalan dengan  program-program Mukhyar.  “Apalagi Rumah Kolaborasi yang bisa menaungi UMKM-UMKM. Banyak UMKM di Banjarmasin  yang potensial tapi  masih perlu dibimbing,” ungkap Tommy yang juga bergelut di dunia wirausaha.

Tommy Kaganangan pun berpesan kepada muda-mudi Banjarmasin agar jangan malu-malu  menunjukkan kehebatannya (potensi). Untuk itu, perlu program-program pemerintah  yang mewadahi kreativitas dan inovasi anak muda.